Pulau Lombok selain terkenal dengan panorama alam yang indah terdapat sejumlah desa adat yang masih bertahan sampai sekarang dan bisa menjadi daya tarik untuk berwisata budaya ke sana. Salah satunya adalah Desa Adat Karang Bayan di Lombok Barat. Namun sayang, keberadaannya terancam punah.
Budaya Desa Karang Bayan
Desa Adat Karang Bayan yang masuk wilayah Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, merupakan basis penduduk suku Sasak. Di desa Adat ini juga menjadi cermin tentang kerukunan umat beragama yaitu Islam dan Hindu. Di sebelah barat, mayoritas warga beragama Islam, sedangkan di timur umumnya beragama Hindu.
Penduduk Desa Karang Bayan dahulu dikenal sebagai penganut Islam yang berakulturasi dengan Hindu sehingga banyak budaya Karang Bayan yang berbau kedua agama tersebut. Dulu mereka mengerjakan salat Waktu Telu (tiga waktu) yaitu saat Dzuhur, Ashar dan Magrib, bukan lima waktu sebagaimana lazimnya umat Islam.
Penduduk Karang Bayan juga memiliki kepercayaan bahwa mereka masih satu nenek moyang dengan orang Bayan yang ada di Kabupaten Lombok Utara. Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk bangunan mirip dengan yang ada di Desa Adat Bayan, Lombok Utara baik itu bangunan rumah maupun masjid.
Hanya saja, sekarang bangunan asli Desa Karang Bayan tersisa hanya empat buah yaitu Bale Adat, Sekenem, Bangaran dan Masjid. Bale Adat digunakan sebagai tempat berkumpul. Di depan Bale Adat, ada Sekenem yang merupakan ruang tamu. Sementara di balik Bale Adat berdiri Bangaran yaitu monumen yang melambangkan batu pertama diletakkan ketika pertama kali nenek moyang masyarakat Karang Bayan membangun desa ini.
Bale Adat di Desa Karang Bayan tersebut berukuran 7 x 10 meter dengan kondisi lantai cukup tinggi sekitar 2 meter dari tanah. Untuk mencapai ruang utama, pengunjung harus menaiki anak tangga. Alasan khusus mengapa rumah adat Karang Bayan dibuat tinggi, antara lain menghindari binatang-binatang liar seperti ular atau macan juga mengantisipasi saat terjadi banjir.
Bangunan masjid kuno Karang Bayan yang dipercaya berdiri sejak 400 tahun lalu cukup unik dan memiliki ukuran sekitar 6 x 8 meter yang hanya bisa menampung 30 orang. Meskipun tidak menggunakan semen, pondasi sekaligus lantainya cukup tinggi, hampir 2 meter dan terbuat dari tanah lempung dan batu gunung namun masih kokoh hingga saat ini. Mengingat ukuran masjid yang kecil, masyarakat umum menjalankan ibadah jamaah di pelataran masjid.
Lokasi Desa Adat Karang Bayan Lombok Barat
Dari Kota Mataram, pengunjung bisa berkendara menuju ke arah timur dan sekitar 20 menit tiba di lokasi. Namun, untuk mencari lokasi Desa Adat Karang Bayan Lombok Barat, pengunjung pertama kali datang mungkin sedikit susah, karena kurangnya penunjuk arah. Mau tidak mau bertanya ke masyarakat sekitar.
Meskipun kondisi jalan beraspal yang cukup mulus, tapi ingat, karena jalannya masih sempit, disertai banyak belokan, bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan sendiri harus hati-hati.
Namun sepanjang jalan, pengunjung akan disambut dengan udara masih segar yang berasal dari areal pertanian, maupun perkebunan di sepanjang obyek tersebut. Satu kilometer menjelang tiba di tujuan, banyak penjual buah-buahan di pinggir-pinggir jalan yang menyambut. Ada yang menjual durian, rambutan, pisang, manggis, dan sebagainya. Desa Karang Bayan memang dikenal sebagai penghasil buah-buahan di Lombok.
Lokasi Desa Adat Karang Bayan
Desa Adat Karang Bayan Lombok Barat – Wisata Indonesia