Budaya Tradisi Mapeed di Sukawati, Bali

Tradisi Mapeed di Sukawati, Bali

Budaya Tradisi Mapeed di Sukawati, Bali. Bagi wisatawan baik mancanegara maupun lokal yang pernah berlibur dan berkunjung ke Bali, nama Sukawati tentu sudah tidak asing lagi bagi mereka. Desa yang terkenal dengan pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Bali ini merupakan pusat penjualan berbagai kerajinan tangan sehingga menjadi destinasi wajib dikunjungi selama liburan di Pulau Dewata.

Tradisi Mapeed di Sukawati Bali

Selain populer dengan Pasar Sukawati sebagai pusat oleh-oleh, kampung adat ini memiliki warisan budaya dan tradisi yang unik dan menarik yaitu tradisi Mapeed atau mepeed. Tidak semua desa di Bali mengadakan tradisi atau ritual seperti itu, namun Mapeed tentu bukan hal yang baru.

Desa Sukawati sendiri terletak di kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Mapeed yang digelar di Sukawati merupakan salah satu keunikan budaya dan tradisi warisan nenek moyang yang masih bertahan hingga saat ini di Bali.

Di Bali sendiri, tradisi Mapeed atau mepeed bukanlah hal baru dan diadakan di beberapa tempat, seperti diketahui Mapeed merupakan pawai yang diikuti oleh para wanita dari Bali. Mereka berjalan berbaris sambil membawa gebogan, yaitu keranjang sesajian yang terdiri dari buah-buahan dan jajanan khas Bali yang disusun berlapis-lapis, beserta hiasan yang terbuat dari daun lontar yang tingginya bisa mencapai satu meter.

Namun, saat menyaksikan Mapeed di Sukawati yang digelar setiap enam bulan sekali ini, mereka dihiasi dengan busana payas agung yang dipadukan dengan tata cara berpakaian desa adat setempat.

Peserta tradisi Mapeed di Gianyar Sukawati tidak membawa gebogan seperti biasanya, dan tidak terbatas pada perempuan saja. Ratusan warga mengikuti ritual Mapeed yang diikuti semua kalangan, baik pria maupun wanita, anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lansia.

Mereka dengan semangat berjalan beriringan, mulai dari Pura Puradalan Sukawati hingga Pura Beji Cengcengan yang merupakan kawasan perbatasan antara desa Sukawati dan desa Guwang. Para peserta mengenakan pakaian adat Bali dengan model payas agung, meskipun sekarang sudah ada berbagai kostum payas agung yang dimodifikasi, namun tetap mempertahankan pakaian adat dengan merek dagang sukawati.

Menurut warga sekitar yang pernah mengikuti tradisi Mapeed, selama ini tradisi tersebut selalu merasakan kegembiraan karena menganggap tradisi Mapeed sebagai bentuk bakti kepada Hyang Widhi atas segala yang telah diberikannya kepada desa Sukawati.

Saat tradisi ini berlangsung, maka tata cara berpakaian adat Bali dengan ciri khas desa Sukawati akan tetap dipertahankan. Selain itu, pada saat upacara pura di Puradalan Gede Sukawati, tradisi Mapeed bertujuan membawa air suci (nunas toya) ke Beji Cengengan untuk digunakan pada saat upacara pura.

Tradisi Mapeed memiliki ciri kesederhanaan, meski terlihat megah dengan parade kostum payas agung. Meski megah, unsur kesederhanaan tetap dipertahankan melalui penggunaan bahan alami, seperti daun lontar, untuk dekorasi. Tradisi ini merupakan simbol persatuan dan kebersamaan bagi masyarakat desa Sukawati.


Momen Acara Mapeed Sukawati, Bali

Tradisi Mapeed di Sukawati, Gianyar, Bali merupakan tontonan yang langka dan indah untuk disaksikan. Itu hanya terjadi setiap 6 bulan sekali, selama Pura Dalem Gede Sukawati Pujawali atau perayaan pura, yang terjadi pada Anggara Kliwon di Tambir wuku dari kalender Bali. Perayaan Pujawali berlangsung selama empat hari berturut-turut dan selama ini tradisi Mapeed dilakukan oleh warga desa Sukawati.

Pada pagi dan sore hari diadakan upacara Pujawali di Pura Dalem Gede Sukawati dan menjelang sore hari Banjar Sukawati yang bertugas melaksanakan tradisi Mapeed mulai bersiap-siap. Para peserta menghiasi diri mereka dengan pakaian upacara yang memukau, membuat tampilan yang memukau, terutama bagi wisatawan yang tidak terbiasa menyaksikan pertunjukan budaya semacam itu.

Barisan depan dipimpin oleh para pemuda yang membawa artibut lelontekan, tedung, dan alat musik lainnya, diikuti oleh para wanita yang membawa asesoris yang diperlukan beserta para pendeta yang akan mengambil air suci. Kemudian diikuti oleh peserta dari segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua, yang mengenakan pakaian upacara, biasanya disusun dari yang termuda hingga yang tertua atau sebaliknya. Tradisi Mapeed diiringi oleh ansambel baleganjur di bagian paling belakang prosesi.

Peserta tradisi Mapeed harus berjalan kaki kurang lebih 1,5 km tanpa mengenakan sepatu atau sandal apapun. Perjalanan dimulai dari Pura Dalem Gede Sukawati dan melewati Pasar Seni Sukawati yang terkenal. Setelah berjalan kaki sejauh 1,5 km, para peserta sampai di tempat tujuan yaitu Pura Beji Cengceng untuk mengambil air suci yang akan digunakan selama upacara Pujawali.

Setelah air suci terkumpul, prosesi kembali ke Pura Dalem Gede Sukawati. Meski minim alas kaki, para peserta tidak mengeluh selama tradisi Mapeed berlangsung. Setibanya di pura, para wanita yang bertugas membawakan tarian Nari segera mempersiapkan diri. Tari Permas biasanya ditampilkan pada upacara Pujawali selama 4 hari di Pura Dalem Gede Sukawati.

Mengenal Lebih Dalam Sejarah Candi Ratu Boko yang Hits Sambil Liburan

Bagi wisatawan yang ingin merasakan budaya Bali atau bagi penggemar fotografi, momen ini tidak boleh dilewatkan. Jika Anda kebetulan sedang berlibur, Anda juga dapat menanyakan kepada pemandu wisata atau agen perjalanan Anda karena tradisi tersebut tidak jatuh pada tanggal atau waktu yang sama setiap tahun dalam kalender Gregorian.

 

Budaya Tradisi Mapeed di Sukawati, Bali

kwisata

turut membahas informasi pariwisata berdasarkan tempat lokasi tujuan wisata-wisata khususnya yang ada di Indonesia, juga info pendukung wisata.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *