Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di jantung kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.
Wisata Ngarai Sianok Bukittinggi
Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko).
Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau – hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) – yang dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.
Sungai Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air “Qurays”. Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam.
Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang bisa dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, serta tapir.
LUBANG JEPANG
Sejarah perjuangan di Bukittinggi juga meninggalkan saksi bisu yang terletak di Taman Panorama yang selain memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok, juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut sebagai ‘Lobang Jepang’.
Setelah berjalan sekitar 64 meter menuruni tangga ke bawah, kita akan menemukan banyak lorong-lorong yang dulunya dipakai sebagai gudang mesiu, ruang makan, ruang para romusha dan juga lorong keluar yang digunakan sebagai pintu darurat atau pintu penyergapan.
Di depan Taman Panorama ini terdapat Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma yang didirikan sebagai sarana komunikasi antar generasi dan sebagai pewaris semangat juang dan nilai-nilai kepahlawanan. Pendirian museum ini diprakarsai oleh Brigjen Widodo, Pangdam III, salah seorang pimpinan TNI di wilayah Sumatera Barat dan Riau dan dilanjutkan oleh Brigjen Soemantoro yang sekaligus kemudian meresmikannya pada tanggal 16 Agustus 1973.
Koleksi utama yang ada terdiri dari berbagai alat/senjata tradisional, senjata modern (pistol, senjata laras panjang, senjata mesin dan mortil yang berjumlah sekitar 100 pucuk) hasil rampasan perang dari penjajah Belanda dan Jepang. Juga alat-alat lainnya seperti pesawat pemancar dan penerima radio YBJ 6 (Yenkei Bravo Juliet-6), pesawat AT-16 Harvard B 419 yang bertugas menumpas gerombolan PRRI 1958.
Khusus mengenai YBJ-6, pesawat pemancar ini merupakan salah satu yang bisa dibawa rombongan PTT Bukittinggi selama Perang Kemerdekaan Kedua tahun 1948-1949. Pesawat pemancar ini digunakan oleh Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) untuk berhubungan dengan daerah lain di Indonesia maupun luar negeri terutama dengan India karena saat itu perwakilan Indonesia berada di New Delhi.
Sumber Ngarai Sianok Bukittinggi
Indahnya Wisata Ngarai Sianok Bukittinggi