Wisata Religi Vihara Hok Tjing Rio Palembang

Pulau Kemaro merupakan sebuah delta kecil di Sungai Musi yang letaknya sekitar 6 kilometer dari Jembatan Ampera. Persisnya berada dekat Pabrik Pupuk Sriwijaya, Refinery Unit III Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Jika disisir dari kota Palembang jaraknya berkisar 40 km.

Vihara atau Kelenteng Hok Tjing Rio Palembang

Pulau ini sunyi dan tenang di hari biasa, namun ramai dan gemerlap saat Cap Go Meh dan perayaan Imlek tiba. Sebutan Kemaro secara turun-temurun diberikan kepada pulau ini karena ia tidak pernah kebanjiran sekalipun Sungai Musi meluap atau sedang pasang besar.

Begitu kaki ini menginjak di dermaga kecil pengantar menuju pulau, aroma Tionghoa begitu terasa. Dimulai dari gapura depan, dan pagar yang sarat dengan arsitektur Cina, pagoda megah 6 lantai yang tinggi menjulang, Vihara, Klenteng, Kuil Budha, “pohon cinta” dan gundukan-gundukan tanah yang konon adalah makam dari Siti Fatimah, Tan Bun An dan pengawalnya

Ada sebuah kisah yang melegenda di masyarakat Tionghoa dan Palembang tentang muasal adanya pulau ini. Ada sebuah prasasti yang letaknya di jalan dekat vihara tertera cerita kisah legenda tersebut

Dikisahkan ada seorang putri raja Sriwijaya bernama Siti Fatimah yang dipersunting oleh seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An. Suatu hari, Siti Fatimah diajak suaminya ke daratan Cina untuk menengok orangtua Tan Bun An. Setelah beberapa waktu di sana, Tan Bun An dan istri pamit pulang ke Palembang. Mereka dihadiahi 7 buah guci. Sesampainya di perairan Musi dekat dengan Pulau Kemaro, Tan Bun An melihat-lihat isi guci yang diterimanya. Begitu dibuka ia dikagetkan dengan isinya ternyata sawi-sawi asin.

Tak banyak berpikir, ia kemudian membuang guci itu ke sungai, tetapi guci terakhir kemudian jatuh dan pecah di atas dek perahu layar. Ternyata ada hadiah tersimpan dibalik sayuran didalamnya. Tan Bun An kemudian lekas melompat ke sungai untuk mencari guciguci yang dibuangnya tadi, seorang pengawal kemudian turut serta terjun untuk membantu tuannya.

Lama menunggu suami yang ia cintai dan tak muncul juga, Siti Fatimah kemudian menerjunkan dirinya ke sungai, mencari orang terkasihnya. Namun apa boleh dikata, kisah ini berakhir tragis, hingga kini ketiganya tidak pernah muncul lagi ke ke permukaan. Penduduk sekitar kerap bertandang ke pulau ini untuk mengenang tiga orang tersebut, dan hingga kini tempat tersebut dianggap sebagai tempat yang cukup keramat


Seorang guide di sekitar Kemaro berkata kepada saya, gundukan tanah yang konon merupakan makam Siti Fatimah, Tan Bun An dan pengawalnya itu merupakan simbol cinta Tan Bun Ann dan Fatimah. Diceritakan pula saat Sungai Musi tengah pasang dan airnya membanjiri semua tanah dipulau ini, namun anehnya air tidak menyentuh sama sekali gundukan makam tadi. Itulah yang kemudian dianggap keramat oleh masyarakat sekitar dan begitu dipercaya, dijaga dan dikeramatkan hingga kini.

Ada beberapa pantangan bagi orang-orang yang mengunjungi pulau ini, seperti larangan masuk bagi perempuan yang sedang terkena haid, larangan memotret di beberapa area sakral, larangan berbicara dan buang air kecil sembarangan.

Legenda Pohon Cinta

Selain kisah legenda tadi, ada mitos yang menarik, yaitu tentang keberadaan pohon cinta. Pohon cinta yang dimaksud adalah sebuah pohon tua dengan rantingnya yang rimbun. Percaya atau tidak, konon bila ada seseorang yang menuliskan namanya dan pasangannya di pohon tersebut, maka jalinan cinta mereka akan abadi. Lalu bagi mereka yang belum memiliki pasangan, jika ia menuliskan namanya dan orang yang disukainya, maka suatu saat nanti mereka akan dijadikan pasangan.

Legenda itu diceritakan turun temurun, dari mulut ke mulut, benar atau tidaknya, yang pasti bagi saya ini adalah sarana rekreasi yang menyenangkan. Di hari-hari biasa suasana di pulau ini begitu asri, tenang dan bersahaja. Bangunan oriental yang unik serta panorama yang menarik adalah lahan subut hunting bagi para pecinta fotografi.

Apalagi jika saat perayaan tahun baru Cina (Cap Go Meh) tiba, pulau ini akan di rias sedemikian rupa dan sangat indah dan romantik di malam hari. Pohon-pohon rindang di sekitar pulau akan dihiasi ratusan lampion khas Cina yang nyala redup dan indah. Jika hari itu tiba, ada kapal tongkang besar akan dibariskan dari daratan menuju pulau ini, membentuk sebuah jembatan ke pulau ini. Masyarakat akan lebih leluasa melenggang tanpa harus membuka isi dompet, karena semua sudah disediakan secara cuma-Cuma.

Tips Wisata ke Pulau Kemaro

  • Sarana transportasi perahu boat kapasitas 10 orang, tarif Rp 300 – 400 ribu (pp) atau Perahu Ketek kapasitas terbatas tarif Rp 80 – 100 ribu (pp).
  • Tarif sewa perahu boat akan murah jika menyewa berkelompok dan tarif tersebut termasuk layanan guide
  • Gunakanlah baju berlengan panjang dan sunblock, karena cuaca cukup panas dan terik
  • Bawa bekal air minum, yang banyak agar tidak dehidrasi.
  • Lebih baik ke Pulau Kemaro saat Imlek atau Cap Go Meh, karena ramai dan berhias lampion.

 

Vihara Hok Tjing Rio Palembang – Kanal Wisata Religi

kwisata

turut membahas informasi pariwisata berdasarkan tempat lokasi tujuan wisata-wisata khususnya yang ada di Indonesia, juga info pendukung wisata.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *